Sabtu, 28 September 2013

EFEKTIFITAS METODE KOLOSTRUM DAN METODE KASA KERING TERHADAP WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI BPS NY. ENDANG PURWANINGSIH DAN BPS NY. ISTIQOMAH KECAMATAN RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011


Oleh :
Ika Sofiana dan Ely Eko Agustina
Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
Telp 085647929125, email : sofianaika@ymail.com

ABSTRACT

Infections in neonates in Indonesia was still high. One type of infection that often occurs in neonates are Tetanus Neonatorum. These infections can occur because the umbilical cord care is not clean. Many studies have shown that the use of colostrum can accelerate umbilical cord separation time, but colostrum is still rarely used to treat the umbilical cord. The method most commonly used is dry gauze. Therefore, researcher wanted to compare the effectiveness of both methods. This study aims to prove the difference in long separation umbilical cord using the method of colostrum compared with dry gauze method. This type of research is a true experiment with the technique of sampling is simple random sampling. Approach time prospectively. The data collection by conducting observations of the newborn. The analysis used is test "t" 2n independent. The study was conducted on 40 infants born with gestational age between 38-42 weeks and birth weight between 2500-4000 g without congenital defects. 20 infants were treated with the method of colostrum and 20 infants treated with dry gauze method. The umbilical cord separation time in infants who were treated using colostrum (94.23 hours)was faster than those treated with dry gauze (128.94 hours). The differences mean of umbilical cord separation time between the two methods was 34.71 hours. Fastest time of the umbilical cord separation time in the colostrum group was 54.83 hours and late time is 170.50 hours, whereas the fastest time of the umbilical cord separation on dry gauze group was 77.00 hours and late time was 231.67 hours. There was a significantly difference of the umbilical cord detachemant time between the treatment groups (p = 0.006). Colostrum can be used effectively and safely to treat the umbilical cord.

Key words : umbilical cord separation time, colostrum, dry gauze.

PENDAHULUAN

Infeksi pada neonatus di Indonesia masih tinggi. Di Jawa Tengah penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, infeksi tali pusat, pneumonia dan diare), kemudian sisanya merupakan feeding problem. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah, jumlah kasus tetanus neonatorum Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 adalah 23 kasus, dengan jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Banjarnegara yaitu 11 kasus (Dinkes Jateng, 2009).
Salah satu jenis infeksi yang sering terjadi pada neonatus dan menyebabkan mortalitas yang tinggi adalah Tetanus Neonatorum. Penyakit ini disebabkan oleh spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat. Hal ini dapat terjadi karena perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bumbu atau gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagainya (Hassan & Alatas, 2007).
Perawatan tali pusat yang baik merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya infeksi neonatal. Metode perawatan yang digunakan sangat bervariasi sebagai contoh perawatan secara modern menggunakan bahan antiseptik seperti alkohol 70%, povidon iodine (betadine) 10%, sedangkan perawatan secara tradisional menggunakan madu, minyak ghee (India), atau kolostrum. Penelitian Kurniawati (2006) di Indonesia membuktikan bahwa waktu pelepasan tali pusat menggunakan ASI adalah 127 jam (waktu tercepat 75 jam) dan waktu pelepasan menggunakan teknik kering terbuka rata-rata 192,3 jam (waktu tercepat 113 jam). Hasil penelitian Triasih, Widowati, Haksari dan Sarjono (n.d.) yang belum dipublikasikan, menemukan rata-rata waktu pelepasan tali pusat pada kelompok kolostrum lebih cepat dibandingkan dengan kelompok alkohol (133,5±38,0 jam dibanding 188,0±68,8 jam), perbedaan rata-rata 54,5 jam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kolostrum aman dan lebih efektif untuk perawatan tali pusat pada bayi sehat yang lahir cukup bulan (Solihin, 2007).

Farahani, Mohammadzadeh, Tafazzoli, Esmaeli, dan Ghazvini (2008) membuktikan bahwa jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada ujung tali pusat adalah S. Epidermidis, S. Aureus, E. Coli dan Klebsiela Pneumoniae. Koloni bakteri yang terdapat pada tali pusat yang dirawat dengan metode bersih kering rata-rata lebih banyak daripada tali pusat yang dirawat dengan kolostrum.

Banyak penelitian sudah dilakukan yang menunjukkan bahwa penggunaan kolostrum dapat mempercepet proses pelepasan talipusat dan memperkecil resiko infeksi. Fakta menujukkan bahwa di lahan penggunaan kolostrum sebagai bahan untuk perawatan tali pusat sampai saat ini masih jarang digunakan.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuktikan perbedaan lama pelepasan tali pusat menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering. Sedangkan tujuan khususnya yaitu mengetahui waktu pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum dan metode kasa kering.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tali Pusat

Tali pusat adalah saluran vaskular yang menghubungkan embrio atau fetus dengan plasenta. Insersi tali pusat pada plasenta biasanya terjadi dibagian tengah, sedikit kebagian samping, tepi plasenta atau pada selaput janin (Eastman & Hellman, 2006).

B. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Cairan yang volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam ini merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium (Soetjiningsih, 1997).

Kolostrum memiliki banyak manfaat, yaitu manfaat dalam pemenuhan gizi bayi, berperan sebagai zat kekebalan tubuh, antiinflamasi, antibakterial, antiviral, antiparasit dan anti alergi.

C. Metode Kolostrum

Perawatan tali pusat dengan metode kolostrum adalah perawatan tali pusat yang dibersihkan dan dirawat dengan cara mengoleskan kolostrum pada luka dan sekitar luka tali pusat. Tali pusat dijaga agar tetap bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat lepas (Laksawati, 2009)

D. Metode Kasa Kering

Perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering adalah tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut kasa kering, tali pusat dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 2005).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode true experiment, dengan pendekatan cross sectional (Sugiyono, 2009).
Penelitian ini membandingkan antara waktu pelepasan tali pusat menggunakan metode kolostrum dengan kasa kering. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh seluruh bayi baru lahir di BPS Ny. Endang Purwaningsih dan BPS Ny. Istiqomah Kecamatan Kecepit Kabupaten Banjarnegara sejumlah 93 orang sedangkan jumlah sampel sebanyak 40 bayi, 20 bayi dirawat dengan metode kolostrum dan 20 bayi dirawat dengan metode kasa kering. Prosedur pemilihan sampel penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan cara lotery technique (Notoatmojo, 2002).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berupa timbangan, meteran, jam dan lembar observasi. Lembar observasi ini berisi nomor responden, jenis perawatan tali pusat, tanggal/jam lahir bayi, tanggal/jam tali pusat lepas dan lama pelepasan tali pusat dalam satuan jam. Teknik pengolahan data dengan 4 cara yaitu editing, coding, rekapitulasi, prosesing dan output (Santjaka, 2008).Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yaitu bersifat komparatif untuk masing-masing variabel yang meliputi waktu pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum dan kasa kering mengoservasi sedangkan analisis bivariat dengan menggunakan uji t 2n independent dan analisis pada penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical Pasckage for Spesial Science). 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode Kolostrum

Hasil penelitian perawatan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : 

Tabel 7. Distribusi Efektivitas Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode Kolostrum di BPS Endang Purwaningsih dan BPS Istiqomah, Kecamatan Kecepit, Kabupaten Banjarnegara, 2011

Jenis Perawatan         Rata-Rata           Median         Waktu Tercepat        Waktu Terlambat
Metode Kolostrum       94,23 Jam          82 Jam          54,83 Jam                170,50 Jam

Sumber : Data Primer, 2011

Tabel 7 di atas menunjukan bahwa rerata pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum adalah 94,23 jam, waktu tercepat yaitu 54,83 jam dan waktu terlambat yaitu 170,50 jam.

Kolostrum mengandung protein yang sangat tinggi, protein berfungsi sebagi pembentuk ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan cairan tubuh, memelihara netralisasi tubuh dengan bereaksi terhadap asam basa agar PH tubuh seimbang, membentuk antibodi serta memegang peranan penting dalam mengangkut zat gizi kedalam jaringan.Protein yang berada dalam kolostrum dan ASI akan berikatan dengan protein dalam tali pusat sehingga membentuk reaksi imun dan terjadi proses apoptusis. Pembelahan dan pertumbuhan sel dibawah pengendalian genetik sel juga dapat mengalami kematian sel secara terprogram. Gen dalam sel tersebut memainkan peranan aktif pada kehancuran sel (Laksawati, 2009).

B. Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode Kolostrum

Hasil penelitian perawatan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 8. Distribusi Efektivitas Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode Kasa Kering di BPS Endang Purwaningsih dan BPS Istiqomah Kecamatan Kecepit, Kabupaten Banjarnegara, 2011

Jenis Perawatan            Rata-Rata         Median            Waktu Tercepat          Waktu Terlambat
Metode Kasa Kering       128,94 Jam        127,62 Jam      77,00 Jam                  231,67 Jam

Sumber : Data Primer, 2011

Tabel 8 diatas menunjukan bahwa rerata pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering adalah 128,94 jam, waktu tercepat yaitu 77,00 jam dan waktu terlambat yaitu 231,67 jam.

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi adalah dengan melakukan perawatan tali pusat dengan bersih dan benar supaya tali pusat cepat lepas dan terhindar dari infeksi. Sebagai upaya untuk meminimalkan berkembangnya infeksi tali pusat yaitu dengan menjaga tali pusat tetap bersih dan kering (Depkes RI, 2005).

C. Perbedaan Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat Menggunakan Metode Kolostrum dan Metode Kasa Kering

Perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan menggunakan metode kolostrum dibandingkan metode kasa kering dapat dilihat dari tabel distribusi sebagai berikut :
Tabel 9. Distribusi Perbedaan Rata-rata Pelepasan Tali Pusat dengan Menggunakan Metode kolostrum dan Kasa Kering di BPS Endang Purwaningsih dan BPS Istiqomah Kecamatan Kecepit, Kabupaten Banjarnegara, 2011

Metode perawatan tali pusat        waktu pelepasan tali pusat     Mean Difference
Metode kolostrum                           94.2330                          
Metode kasa kering                        128.9415                                   34.7085             

Sumber : Data Primer, 2011

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya ada perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan tali pusat dengan menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering, dimana perawatan menggunakan metode kolostrum lebih cepat 34,71 jam dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering.

SigA di dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat untuk melindungi tubuh bayi terhadap berbagai infeksi. Selain itu, SigA ini juga berfungsi untuk mencegah absorpsi protein-protein asing ketika SigA bayi belum terbentuk. SigA bayi berasal dari sel-sel plasma di dalam lamina propia dan kelenjar-kelenjar limfe dibawah mukosa saluran pencernaan dan belum berproduksi pada umur minggu-minggu pertama (Walker & Hong, 2009). Dengan berbagai macam komponen-komponen zat antiinfeksi di dalam kolostrum dan ASI, maka bayi akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan virus, bakteri, parasit dan antigen lainnya.

Asumsi peneliti, protein dalam kolostrum yang tinggi mencapai 4,1 gr% sangat berperan dalam perbaikan sel-sel yang rusak, mempercepat proses penyembuhan sehingga mampu mempercepat waktu pelepasan tali pusat. Dalam penelitian ini terbukti bahwa ada perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering, dimana pada metode kolostrum lebih cepat 34,71 jam dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Rerata pelepasan tai pusat dengan menggunakan metode kolostrum adalah 94,23 jam
2. Rerata pelepasan tali pusat dengan menggunakan metode kasa kering 128,94 jam
3. Hasil uji statistik menunjukkaan bahwa nilai p= 0,006, mean = -34,70850.

Artinya ada perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan dengan menggunakan metode kolostrum dibandingkan dengan metode kasa kering, dimana perawatan menggunakan metode kolostrum lebih cepat 34,71 jam dibandingkan dengan menggunakan metode kasa kering.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2005). Manajeman laktasi. Jakarta : Depkes RI.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2009). Profil kesehatan propinsi jawa tengah tahun 2009. Terdapat pada : http//www.dinkesjateng.com. Diakses pada : 4 Desember 2010.

Farahani,L. A., Mohammadzadeh,A., Tafazzoli,M., Esmaeli, H. & Ghazvini, K. (2008). Effect of topical application of breast milk and dry cord care on bacterial colonization and umbilical cord separation time in neonates. Chinese Clinical Medicine, 3(6), halaman 327-332.

Hassan, R. & Alatas A. (2007). Ilmu kesehatan anak (Jilid 1). Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Laksawati, N.K. (2009). Efektivitas pelepasan tali pusat dengan menggunakan perawatan ASI dan kasa steril di BPS ny. Evy arianti dan BPS ny. Wartuti di desa masaran kecamatan bawang kabupaten banjarnegara tahun 2009. Skipsi yang tidak dipublikasikan. Purwokerto : AKBID YLPP.

Notoatmojo, Soekidjo. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Santjaka, A. (2008). Biostatistik : Untuk praktisi bidang kesehatan dan mahasiswa ; kedokteran, kesehatan lingkungan, keperawatan, kebidanan, gizi, kesehatan masyarakat. Purwokerto: Global Internusa.

Solihin. (2007). Buku saku perawatan tali pusat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sugiyono. (2009). Metode penelitian administrasi. Bandung : Alfabeta.

Walker, W.A & Hong, R. (2009). Immunology of gastrointestinal tract. J. Pediatr, 2(83), halaman 517.

WHO. (2010). Care of the umbilical cord : A review of the evidence. Terdapat pada : www.who.int/csr/disease/swineflu/en/index.html. Diakses pada : 25 Januari 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar